Aceh Timur Bicara Strategi Kawasan Tanpa Rokok

Aceh Timur | patrolinusantara.press – The Aceh Instituet lembaga yang bergerak pada bidang riset analisis dan advokasi gelar Workshop Pengenalan KTR kepada Pemilik/Pengelola Cafe, Hotel, Warung Kopi dan Restoran di Kabupaten Aceh Timur. 

Program ini dilakukan guna menekan angka perokok pemula seperti pelajar/mahasiswa terlebih anak – anak. 

Karena selain menjaga kesehatan juga mencegah terjadi perilaku atau tindakan negatif dari kalangan milenial. 

Direktur The Aceh Institut, Muazzinah menjelaskan tren rokok sudah sangat meresahkan, dikarenakan sejumlah daerah meninggal akibat terpapar asap rokok, bukan hanya pada ibu hamil bahkan kalangan anak mengidap penyakit paru – paru. 

” Kita sebenarnya bukan melarang orang untuk merokok, namun membatasi ruang perokok di tempat – tempat intens, seperti sekolah, rumah sakit, masjid, dan lain sebagainya,” kata Muazzinah dihadapan peserta Workshop, Kamis (9/3/2023). 

Maka dari itu ia cukup konsisten terhadap KTR ini, jadi diharapkan persentase kepatuhan masyarakat Aceh Timur terkait KTR bisa menurun. 

Sementara itu, Manager Program The Aceh Instituet, Winny Dian Safitri menyebutkan hasil surveinya di Aceh Timur pada tahun 2022, kepatuhan terhadap KTR sangat miris dan kecil. 

Untuk itu di tahun 2023 ini ia sedang merancang sebuah Aplikasi Pengaduan Pelanggaran KTR, dimana nantinya setelah dilakukan pemeliharaan selama 6 bulan kemudian akan diserahkan kepada Pemerintah/Kota setempat. 

” Kita dorong supaya Aceh Timur mempunyai Qanun, agar berjalan dengan baik tanpa mengurangi dukungan semua pihak,” kata Winny.

Bahkan demi mencapai tujuan, lembaga tersebut mengajak para peserta yang hadir mendukung program ini dengan cara ditempelkan stiker KTR di tempat – tempat tertentu. 

Direktur Le’ Meuriya Centre, Dr Firman Dandy,. M., Si menuturkan untuk menjalankan KTR harus mempunyai power full, ikhlas dan terutama kesadaran. 

Satu sisi memang katanya industri rokok itu penyumbang pajak terbesar nomor tiga terhadap APBN, meskipun demikian ia mengatakan KTR harus dimulai dari rasa kesadaran. 

” Saya pikir terkadang untuk menjalankan sebuah kesadaran harus kita paksakan terlebih dahulu agar bisa membiasakan perilaku,” papar Firman Dandy.

Akan tetapi dia menegaskan yang terpenting tetap kesadaran lah yang akan meminimalisir hal tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *