Alasan Densus 88 Tidak Menangkap 120 Orang Masuk Jaringan Teroris

Berita16 Dilihat

REMBANG, patrolinusantara.press  – Sekira 90 an orang mantan napi terorisme (Napiter), hari Rabu (16 Maret 2022) mengunjungi pondok pesantren yang diasuh Gus Baha (Ahmad Bahauddin Nursalim) di Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Mereka tiba dengan menggunakan dua bus, berasal dari Jawa Timur, Poso Sulawesi Tengah, Medan Sumatera Utara dan Aceh.

Para Napiter ini mengikuti kegiatan Ngaji Bareng Gus Baha, bertajuk Hijrah Untuk Negeri yang digelar oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri.

Dalam kesempatan itu, Gus Baha lebih banyak menyampaikan ceramah tentang menghargai perbedaan, sehingga muncul sikap toleransi.

Ia mengisahkan pada Zaman Nabi Muhammad SAW terjadi perang, karena ada pihak-pihak yang menghalangi ibadah. Sedangkan saat ini di Indonesia, umat beragama bebas menjalankan ibadah.

“Kalau waktu itu nggak dihalangi, ada toleransi ya nggak ada masalah. Artinya ketika sholat, ngaji di Indonesia nggak dihalangi, ya nggak masalah, “ ungkap Gus Baha.

Gus Baha kemudian menyebut saat ini bisa saja membenci orang yang berbeda keyakinan. Tapi jangan-jangan Allah mempunyai rencana kedepan yang lebih baik.

“Walid itu musuh besarnya Nabi (Muhammad), tapi punya anak Khalid (panglima perang kafir quraisy yang masuk Islam dan menjadi andalan Islam pada zaman Nabi Muhammad-Red), “ imbuhnya.

Kepala Densus 88 Anti Teror, Irjen Marthinus Hukom menyatakan penegakan hukum harus berpandangan ke depan dan tidak selalu melihat ke belakang.

Pihaknya melakukan pendekatan lebih lembut, melalui kegiatan ngaji bareng semacam ini, diharapkan eks Napiter terbuka wawasan keagamaannya, supaya kedepan tercipta kondisi lebih baik.

“Kalau kita melihat ke belakang, ada unsur dendam di situ, “ kata Marthinus. Irjen Marthinus mengisahkan di Lampung ada 120 orang yang tidak ditangkap, meski sudah masuk dalam jaringan teroris. Hal itu karena berkat kesadaran mereka, sehingga Densus 88 tinggal melakukan pembinaan dengan menghadirkan tokoh-tokoh berpengaruh, agar kesadaran yang sudah muncul, akan semakin kokoh.

“Jelas-jelas mereka sudah masuk dalam jaringan. Kita melakukan pembinaan tanpa melakukan penangkapan. Itu karena kesadaran mereka. Kita hadirkan tokoh-tokoh, karena untuk membangkitkan kesadaran, bukan sekali dua kali, tapi berkelanjutan, “ tandas Marthinus.

Sementara itu, Sofyan Tsauri, seorang mantan Napi teroris mengingatkan masyarakat untuk tidak coba-coba mengikuti paham radikal yang berujung tindak pidana teror.

Sekali terpengaruh, maka akan sulit lepas. Bahkan niat untuk taubat pun sering diganggu oleh anggota kelompok lama, termasuk muncul ancaman pembunuhan. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat untuk mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Akan susah taubatnya, karena akan terus dibully, diintimidasi, dituding jadi antek-antek dan tidak mustahil adanya ancaman-ancaman pembunuhan dari kelompok lama. Makanya nggak usah dekat-dekat masuk begitu, biar kami saja yang pernah merasakan dan menjadi contoh,  “ bebernya.

Mantan anggota polisi yang terpapar paham radikal ini mengakui untuk kembali ke masyarakat memang butuh waktu, karena cap teroris sulit dihapus. Namun stigma itu harus dijawab dengan sikap dan perbuatan sehari-hari.

“Susah juga, karena untuk membunuh cap teroris itu sulit. Butuh waktu dan kepercayaan dari masyarakat. Makanya kita tunjukkan bahwa kita sudah move on dan steril dari pemikiran-pemikiran radikal. Lebih baik ke pemahaman lama, daripada buat gaduh bangsa, “ kata Sofyan.

Sofyan yang pernah terlibat dalam jaringan Al Qaida Asia Tenggara tersebut menilai kutipan-kutipan ceramah dari Gus Baha sangat bermanfaat. Menurutnya, banyak Napi teroris bertaubat, setelah mendengarkan ceramah Gus Baha.

“Ceramah beliau sangat menginspirasi, kita tidak boleh membatasi rahmat Allah dan menganggap kebenaran hanya dari kelompok kita. Hal ini yang dibutuhkan para mantan teroris atau orang-orang ekstrim, hendaknya banyak mendengar kutipan ceramah beliau, “ pungkasnya.

 

(Badawi/A/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *