PATI, patrolinusantara.press – Pagelaran wayang banyak digelar di wilayah Pati, Sebagai sarana dakwah/syiar agama dengan menggunakan media wayang. Setiap pagelaran disuguhkan dijabarkan secara gamblang dan jelas tanpa meninggalkan tuntutan agama. Metode ini menjadi media edukasi bagi masyarakat sebagai sarana menemukan jati diri.
Bermaksud dalam Dialog Parlemen “Nguri-uri Kesenian Khas Kabupaten Pati” mengangkat kesenian ngaji wayang sebagai tema kegiatan dengan lakon “Sirnaning Ampak-ampak Pandawa”. Bertempat di Aula Sasono Kencono, Rosi Asih, RM Sapto Renggo Baru, di Kecamatan Margirejo, Pati, pada hari Kamis (9/2/2022). Sebelumnya tiga narasumber yakni anggota Komisi E DPRD Jateng Endro Dwi Cahyono, dalang KH Ilham “Kalimasadha” Supriyanto, dan pemerhati budaya Paryanto.
Endro menjelaskan, wayang nusantara sangat eksentrik dan tidak biasa. Dalam segi konten pun juga sangat inovatif dan mengedukasi masyarakat. Lebih menariknya lagi, sampai sekarang anak-anak di Pati masih tersugesti saat khitanan biasanya meminta orang tuanya untuk menanggap wayang. Ada kebanggaan tersendiri bagi anak-anak saat dikhitan duduk bak raja, kemudian tamu hilir mudik dengan salam tempelnya kemudian disuguhi wayang. Dalam lakon yang disuguhkan terselip tuntutan agama dan budaya.
“Substansi yang dibawakan tidak melenceng jauh dan alurnya jelas serta dapat menginspirasi pelaku seni yg lain tanpa mengurangi substansi dan bisa berkompetisi dengan budaya budaya lainnya” terang Endro.
Selanjutnya KH Ilham Supriyanto selaku pelaku seni menambahkan wayang kulit menggunakan ngaji wayang bisa menikmati hasil ceramah dan cerita wayang tanpa menghilangkan khasnya.
“Ini merupakan inovasi yang kami terapkan dengan ngaji sambil menikmati cerita wayang yang sebenarnya, ngaji wayang sekitar 2,5 jam,” jelas Ilham.
Menyikapi hal itu Paryanto selaku pemerhati kebudayaan berharap seniman hendaknya diberikan ruang yang cukup untuk berekspresi. Banyak seniman muda namun kurangnya fasilitas mereka kurang mampu berkembang maksimal.
“Sanggar seni di Pati sudah banyak, setiap tahun diadakan lomba dalang muda” ujarnya.
Wayang pun, lanjut dia, awalnya menjadi tontonan karena diselipkan ngaji maka menjadi tuntunan, ketoprak juga menjadi salah satu unggulan khas Pati. Wayang dan batik khas pati di akui UNESCO (di tengah pandemi). Mempersiapkan generasi dalang-dalang muda untuk nguri-uri kebudayaan khas Pati menjadi tanggung jawab bersama. Dialog Parlemen tersebut disiarkan Radio PAS FM Pati 101.0 dan siaran tunda melalui Kompas.
(Ytn/red)