Kep. Mentawai | patrolinusantara.press – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebut gempa besar yang terjadi di zona megathrust segmen Mentawai-Siberut pada pagi tadi sebelumnya sudah pernah terjadi hampir 500 tahun yang lalu, lebih tepatnya pada 10 Februari 1797.
Dikatakannya gempa pada tahun 1797 lalu berkekuatan magnitudo 8,5 dan terjadi tsunami. Akibat dari gempa dan tsunami tersebut menewaskan lebih dari 300 orang.
“Tepatnya pada 10 Februari 1797 dan gempa ini berkekuatan magnitudo 8,5 saat itu, dan tsunami terjadi. Lebih dari 300 orang meninggal dunia,” ujar Daryono dalam Konferensi Pers Gempa M 6,9 Berpotensi Tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Utara, secara daring, Selasa (25/4/2023).
Menurutnya, sejak tahun 1797 tersebut zona ini telah mengalami kekosongan, dan baru terjadi gempa besar lagi pada pagi hari tadi pukul 3 lebih 57 detik waktu Indonesia bagian Barat (WIB).
“Kalau kita melihat, zona ini mengalami kekosongan gempa itu sudah sejak tahun 1700-an. Jadi kalau kita melihat Catatan sejarah di zona ini, gempa terakhir yang pernah terjadi itu pada tahun 1797,” kata Daryono.
Artinya, sudah hampir 500 tahun zona ini tidak terjadi gempa besar. “Sehingga wajar kalau zona ini menjadi perhatian para ahli, dan harapan kita gempa bumi terjadi signifikan, tetapi tidak destruktif dan tidak menimbulkan tsunami seperti ini,” terangnya.
“Ini merupakan rilis-rilis yang kita harapkan sehingga tidak menimbulkan kerugian dan korban jiwa,” tandasnya.
Untuk diketahui, rangkaian gempa bumi yang signifikan telah terjadi di zona ini pada tahun 2016, 2018, dan 2019 dan memiliki kekuatan magnitudo di atas 6, sehingga dengan banyaknya gempa-gempa yang berkekuatan 6 maka potensi gempa besar itu sudah tidak lagi magnitudo 8,9.
“Sehingga tentu saja konsentrasi energi yang tersimpan itu sedikit banyak sudah berkurang, tetapi untuk menghitung secara absolut itu tidak mudah dan tidak bisa dihitung dengan nilai yang pasti, karena ketidakpastian hitungan ini cukup besar,” terang Daryono.
Daryono menjelaskan, terkait dengan potensi magnitudo target di zona megathrust segmen Mentawai-Siberut yang hasil kajian para ahli mengatakan mencapai magnitudo 8,9 itu memang nilai yang dikeluarkan berdasarkan asumsi panjang segmen dan luasan dari bidang slip atau pergeseran sehingga ekuivalen dengan nilai 8,9.
Sebelumnya, BMKG menginformasikan gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,3 terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (25/4). Gempa terjadi pada pukul 03.00 wib.
“Peringatan Dini Tsunami untuk wilayah: SUMUT, Gempa Mag:7.3, 25-Apr-23 03:00:57 WIB, Lok:0.93 LS, 98.39 BT (177 km Barat Laut KEP-MENTAWAI-SUMBAR), Kedlmn:84 Km,” tulis BMKG.
Lokasi gempa berada di 0,93 Lintang Selatan (LS)-98,39 Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 84 kilometer.
Sedangkan pusat gempa berada di 177 kilometer (km) Barat Laut Kepulauan Mentawai.
BMKG mengeluarkan peringatan dini bahwa gempa bumi berpotensi tsunami.
“Potensi tsunami untuk diteruskan pada masyarakat,” tulis BMKG dalam situs resminya.
Adapun gempa tersebut dirasakan di sejumlah wilayah yaitu, VI Siberut, VI Mentawai, V Pasaman Barat, V Padang Pariaman, V Agam, V Padang, III Gunung Sitoli, III Padang Panjang, III Pesisir Selatan, III Limapuluhkota, III Solok Selatan, III Solok, III Bukittinggi, II Labuhan Batu, II Padang Sidempuan.