Pemimpin Masa Depan Indonesia Yang Ideal Bagi GMRI dan Posko Negarawan

Oleh Jacob Ereste

Opini | patrolinusantara.press – Yang pasti rakyat sedang berharap tampilnya sosok pemimpin yang memiliki etika, moral dan akhlak mulia untuk menjalankan amanah rakyat di masa mendatang.

Rakyat tak lagi ingin dijadikan bulan-bulanan yang melegitimasi kekuasaan atas nama rakyat, tapi mengabaikan segenap kepentingan serta hak-hak rakyat untuk menikmati kesejahteraan yang berkeadilan seperti yang jelas tertuang dalam Mukadimah UUD 1945 dan apa yang telah dirangkum dalam Pancasila. Dan Pancasila itu sendiri telah menjadi falsafah Bangsa bahkan ideologi Negara.

Karena itu, sosok pemimpin bangsa Indonesia yang diidolakan segenap warga bangsa sejak dahulu hingga hari ini dan esok adalah mereka yang memiliki keteguhan sikap berpegang pada etik profetik yang disampaikan para Nabi untuk umat manusia sehingga terwujudnya rahmatan lil alamin. Karena  setiap manusia itu    adalah khalifah Allah di muka bumi.

Masalahnya bagi manusia — tidak kecuali bagi warga bangsa Indonesia — adalah hasrat untuk menerima dan menerapkan ajaran dan tuntunan Illahi Rabbi itu tidak konsisten (tawwaduk) dan tidak taat menggunakannya sebagai penuntun hidup agar tidak membuat kerusakan di muka bumi. Artinya, tidak kecuali bagi semua makhluk ciptaan Tuhan itu — termasuk manusia dengan segenap kepribadian serta martabat manusia yang luhur dari Allah SWT  yang patut dan wajib dipercaya oleh setiap manusia yang telah dibekali  dengan akal budi untuk bersikap bijak — tak boleh pongah mengabaikan dimensi spiritual sebagai penuntun serta peredam nafsu hewani serta sikap dan sifat syaitan.

Karena kemuliaan manusia sebagai makhluk Tuhan adalah memiliki keunggulan akal yang terkendali dengan bijak dalam nuansa religius serta laku spiritual yang senantiasa terjaga kualitas tidak hanya di hadapan manusia lainnya, tapi juga dalam kontrol Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Memahami seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Perlunya etik profetik bagi seorang pemimpin Indonesia pada masa depan,  kareba Indonesia harus memenangkan pertarungan peradaban untuk memimpin dunia dalam segala soal dan masalah. Karena itu konsistensi sikap harus mendengar suara rakyat — agar tidak menafikan suara rakyat adalah suara Tuhan. Keprihatinan dari Profesor Salim Said tentang manusia Indonesia yang sudah tidak takut kepada Tuhan — tapi lebih takut pada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), karena korupsi telah menjadi pilihan utama untuk menjadi kaya.

Meskipun sejumlah koruptor telah digelandang ke rumah tahanan dan dihabisi semua reputasi dan harga dirinya sebagai manusia terburuk dan tercela, toh korupsi terus terjadi dan merajalela di Indonesia, tanpa rasa malu dan tanpa pernah merasa bersalah.

Sejumlah politisi yang pernah mendekam dipenjara, toh tidak merasa risi dan rikuh kembali tampil di panggung politik, karena model mencuci dosa-dosanya bisa dilakukan dengan sisa uang hasil rampokannya dahulu itu.

Seperti kegaduhan kasus mencuci uang, tidaklah sesulit mencuci dosa masa lalunya dengan sisa uang hasil rampokan dahulu itu. Jadi sungguh tidak terlalu naib bila cara mencuci dosa masa lalu itu dengan uang, karena umumnya pandangan rabun dekat — apalagi rabun jauh kebanyakan orang  di Indonesia sekarang menjadi semakin buta terhadap apa saja yang materialistik.

Atas dasar itu pula, sosok pemimpin Indonesia masa depan adalah mereka yang tidak materialistik, mengedepankan kepentingan rakyat, tidak pembohong dan suka menipu serta  tidak boleh berjanji palsu.

Adapun pengertian pro rakyat itu lebih dimaksudkan tidak nepotisme dengan cara mengangkangi kekuasaan bersama anak dan menantu serta cecunguk-cecunguknya yang setia menggadaikan harga diri dan martabat kemanusiaannya demi kekuasaan atau kedudukan.

Itulah sebabnya GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang digagas sejumlah tokoh seperti Gus Dur, Susuhunan Paku Buwono XII dan Prof. Dr. (HC) Habib Chirzin serta Sri Eko Sriyanto Galgendu bersama tokoh nasional lainnya gigih membumikan gerakan kebangkitan spiritual dengan membangun sejumlah Posko Negarawan di sejumlah tempat dan daerah untuk menemukan sosok pemimpin bangsa dan pemimpin negara Indonesia mulai hari ini hingga hari esok dan seterusnya. Karena bangsa Indonesia berpegang teguh pada komitnen kemerdekaan bangsa Indonesia yang membentuk negara untuk mensejahterakan rakyat yang terbebas dari segala bentuk penjajahan, termasuk penjajahan oleh bangsa Indonesia sendiri.

Banten, 2 April 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *