PATI, patrolinusantara.press – Sebuah tradisi mengakar kuat sebagai budaya di kalangan masyarakat pesisir Pasca Lebaran Idul Fitri, sepekan kemudian dilanjutkan dengan Sedekah Laut. Hal itu sebagai ungkapan rasa syukur atas laut luas yang memberikan kehidupan masyarakat, utamanya kalangan keluarga nelayan, khususnya di Juwana, Kabupaten Pati.
Dalam menggelar acara budaya masyarakat nelayan di Juwana ini, baik warga Bendar maupun Bajomulyo, sepakat tidak diselenggarakan sepekan setelah Lebaran Idul Fitri, tepatnya Minggu Wage (8 Mei 2022). Dikarenakan, jika acara tradisi ritual para nelayan tersebut diselenggarakan pada hari itu, berdasarkan Ilmu titen para sesepuh, lebih baik dihindari, disebabkan Minggu Wage adalah pantangan bagi Nelayan Juwana untuk menyelenggarakan Sedekah Laut.
H Ridwan Djamari Selaku Ketua Panitia ketika dikonfirmasi,acara Sedekah Laut Juwana yang harus mundur pada Minggu Legi (15 Mei 2022) mendatang, memang sudah dimusyawarahkan dan dibahas secara cermat berdasarkan Ilmu titen para sesepuh. Disisi lain, ia sendiri samar-samar masih ingat, di era Tahun 1960-an, meskipun kala itu masih kanak-kanak.
Dalam kesempatan acara Sedekah Laut Juwana yang dilaksanakan para nelayan tradisional setempat pada Minggu Wage, ternyata terjadi musibah besar yang menelan sejumlah korban jiwa yang sangat menyedihkan ”Waktu itu, para penumpang perahu lomban dari dermaga tambatnya ke arah muara pergi-pulang (PP), tenggelam,” ujarnya.
Berdasarkan pertimbangan peristiwa nahas tersebut, lanjutnya, maka secara turun temurun keramaian tradisi Sedekah Laut yang kegiatan ritual utamanya, adalah melarung sesaji ke laut jika jatuhnya sepekan setelah Lebaran Idul Fitri, adalah pada Minggu Wage, pelaksanaannya tetap diundur. Sebagai, ketua panitia, tentu tak bisa mengabaikan hal-hal atau peristiwa buruk yang menelan korban jiwa manusia.
Penundaan adalah hal wajar dan bukan karena percaya penuh pada hal-hal yang di luar logika berpikir, melainkan hanya demi kehati-hatian semata. Hal tersebut mengingat, ini adalah gelaran keramaian Sedekah Laut pasca pandemi Covid-19, sehingga bisa dipastikan bahwa pengunjung pasti akan membludak, karena barangkali adalah Sedekah Laut paling belakang, setelah Jepara, Tayu maupun Rembang.
Selain itu, sekarang desa-desa nelayan dalam pelaksanaan larung sesaji ke laut, baik nelayan Bendar, Bajomulyo, Trimulyo, Kecamatan Juwana, termasuk sekarang juga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) baik Unit II maupun I, keberangkatannya selalu bersama-sama. Yakni, dengan mengambil tempat atau pusat pemberangkatan di lantai pelelangan TPI Unit II.
Hanya saja, untuk kegiatan di masing-masing desa antara satu dan lainnya berbeda, seperti di Desa Bendar, misalnya, rangkaian kegiatan sudah dimulai, Sabtu (7 Mei) besok dan puncaknya Minggu (15 Mei 2022) mendatang.
”Harapan kami, selaku Ketua Panitia Sedekah Laut Desa Bendar Tahun 2022, berlangsung dalam lindungan-Nya, termasuk warga atau pengunjung yang pesiar naik perahu atau lomban,” imbuhnya.
Awal mula munculnya keramaian di air yang mengambil lokasi di alur Kali Juwana yang kala itu dikenal sebagai Bengawan Silugonggo, sebenarnya merupakan adaptasi kerukunan antarsuku yang ada di Juwana. Yakni, antar Suku Jawa (asli) atau lokal dengan Suku (keturunan) Tionghoa, sehingga Juwana juga dikenal sebagai Kota Lama yang pernah menjadi kabupaten sebelum bergabung dengan Kabupaten Pati.
Karena itu, suku keturunan ini sering menyelenggarakan keramaian di air dalam waktu penanggalan hari kalendernya, dan sebagai salah satu yang mentradisi kala itu adalah penyelenggaraan acara ”Peh Cun” acara tersebut tentu tidak ketinggalan melakukan ritual dari para leluhurnya yang melekat kuat, yaitu melarung sesaji di alur Bengawan Silugonggo.
Sementara tradisi ”Peh Cun” sendiri adalah merupakan Perayaan Hari Besar Etnis warga keturunan China, dan pelaksanaannya jatuh di hari ke-5 atau go gwee che go di Tahun Imlek. Sebagai rujukannya tak lain mengutip cerita tutur, adalah legenda tentang seorang pembesar pada masa Dinasti Chou (340-278 sebelum masehi), dan ternyata pembesar itu, Khut Goan yang selain seorang sastrawan juga budayawan.
Kuatnya kerukunan antar-Suku Jawa dan Keturunan Tionghoa ini, akhirnya terjadi interaksi yang membudaya secara turun temurun, di mana nelayan tradisional setempat, baik dari Desa Bendar maupun Bajomulyo, menyelenggarakan tradisi Sedekah Laut hingga sekarang. Sedangkan acara ritual utamanya tetap larung sesaji, tidak hanya di alur kali melainkan sampai ke laut.
Sebab, papar H Ridwan Djamari yang juga anggota DPRD Pati, laut memang merupakan sumber penghidupan bagi para nelayan yang puluhan tahun lalu sebagai nelayan tradisional, tapi sekarang sudah banyak nelayan modern. ”Salah satu desa nelayan terbesar di Kabupaten Pati saat ini tak lain memang Desa Bendar,” ucapnya.
Lanjutnya, saat harus menyelenggarakan tradisi Sedekah Laut setiap tahun kecuali pada masa pandemi Covid-19, maka anggaran yang dialokasikan pun besar-besar, karena tidak cukup jika hanya disediakan Rp 100 juta.
Akan tetapi, untuk Sedekah Laut kali ini diselenggarakan tidak langsung besar-besar sebagaimana pernah dilaksanakan selama atau sebelum masa pandemi, sehingga termasuk keramaian untuk memeriahkannya pun serba lokal.
Mulai Sabtu (7 Mei 2022) yakni pertandingan sepakbola U-15 antar-RT, berikutnya Minggu (8 Mei 2022) digelar pula pertunjukan/pertandingan sepak bola wanita, dan Senin (9 Mei 2022) dilanjutkan dengan hiburan musik dangdut. Tapi yang diberdayakan, adalah grup musik dangdut lokal, tidak seperti beberapa tahun sebelum, yang selalu menghadirkan grup dangdut Jawa Timur, Monata.
Untuk hari berikut, Selasa (10 Mei) kembali digelar hiburan musik campursari juga dari daerah sendiri, dilanjutkan malam berikutnya atau Rabu (11 Mei) pertunjukan wayang kulit. Sedangkan Kamis (12 Mei) kembali dilaksanakan sepakbola umum dengan menampilkan kesebelasan dari lingkup desa setempat, tapi di atas U-15.
Tepat hari Sabtu (14 Mei 2022) berlangsung Haul Syekh Datuk Lodang Walijaka di Pulau Seprapat, di pinggir alur Kali Juwana, dan sore harinya pertandingan sepak bola wanita antara Semarang, Kudus, Pati (Bendar).
”Puncaknya, adalah Minggu (15 Mei) Larung Sesaji dilanjutkan dengan hiburan ketoprak, barongan,final sepakbola, serta terakhir Rabu (18 Mei 2022) rangkaian Sedekah Laut Tahun 2022 Desa Bendar kami akhiri dengan halal bihalal nelayan,” pungkasnya.
(Ytn/red)