PATI, patrolinusantara.press – Sejumlah nelayan memilih menunda jadwal melaut lantaran terhalang harga solar yang melonjak. Pasalnya, solar industri perikanan dari semula Rp 15,750/liter, naik menjadi Rp 17,750/liter.
Menurut Mas Mukit selaku pemilik kapal yang juga Ketua Barisan Muda Nelayan (BMN) di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, kenaikan harga solar industri sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu. Bahkan, ia menyebut harga solar saat ini sebagai harga tertinggi dalam sejarah.
Diperkirakan, akibat kenaikan harga solar tersebut membuat ratusan kapal yang berencana melaut, harus menunda keberangkatannya. Hal itu juga akan membuat ribuan Anak Buah Kapal (ABK) kehilangan kesempatan melaut dan potensi pendapatan.
”Kalau harga solar naik, biaya operasional kapal pasti naik. Kalau biaya operasional naik, nilai bagi hasil antara pemilik kapal dan ABK akan lebih sedikit untuk menutup biaya operasionalnya,” ungkap Mas Mukit.
Ia mengatakan, setiap hari ada lima hingga delapan kapal berukuran di atas 30 GT yang berangkat melaut dari Pelabuhan juwana. Untuk mencukupi kebutuhan delapan kapal tersebut, jumlah solar industri yang dibutuhkan mencapai 400 kiloliter.
Seperti yang dialami Salah satu , pemilik kapal asal Desa Bendar, Kecamatan Juwana Kabupaten Pati ,yang tidak mau disebutkan namanya berencana melaut Namun, rencana itu akhirnya ditunda karena harga solar industri untuk kapal dengan ukuran diatas 30 Gross Ton (GT) naik dari Rp 15, 750/liter menjadi Rp 17,750/liter.
”Saya agak pikir-pikir, harga solarnya terlalu tinggi, sedangkan kami melaut juga belum tentu dapat ikan. pungkasannya.
(Ukik/A/Red)