PATI, patrolinusantara.press – Mengurai penyebab lonjakan harga bawang merah tidaklah sederhana, tidak bisa dilihat hanya dari pergerakan harga dalam satu dua hari saja, namun harus dilihat dalam kurun waktu panjang. Harga bawang merah pada waktu tertentu pernah jatuh dan petani menderita kerugian, namun pada saat tertentu harganya melonjak tinggi.
Tidak menghalangi Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian Dr. Ir. Prihasto Setyanto M. Sc. melakukan kunjungan kerja ke sentra bawang merah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Tujuannya untuk mengetahui sebaran produksi berdasarkan geospasial dan dimensi waktu, sehingga menjamin pasokan setiap hari, termasuk kesiapan produksi harian dan mingguan hingga akhir 2022.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah lahan Pertanian bawang merah di Desa Ngurensiti, Kecamatan Wedarijaksa, dilanjutkan dialog dengan petani bawang merah, yang tergabung dalam Kelompok Tani Maju Jaya Among Karya (Ketua Bapak Siran) di Desa Ngurensiti.
Kunjungan kerja dilanjutkan ke kebun bawang merah di Desa Ngurenrejo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati. Di temui langsung Bapak Karyanto ( Ketua Kelompok Tani) untuk melakukan panen bawang merah, dan diakhiri dengan kegiatan dialog bersama petani setempat, yang tergabung dalam Kelompok Tani Makmur dan Gangsar Tani.
Selanjutnya, Dirjen Prihasto Setyanto. bersama rombongan meninjau pasar bawang merah di Desa Kebonsawahan, Kecamatan Juwana, serta berdialog dengan pedagang bawang merah di pasar tersebut.
“Mengurai penyebab lonjakan harga bawang merah tidaklah sederhana, tidak bisa dilihat hanya dari pergerakan harga dalam satu dua hari saja, namun harus dilihat dalam kurun waktu panjang. Harga bawang merah pada waktu tertentu pernah jatuh dan petani menderita kerugian, namun pada saat tertentu harganya melonjak tinggi,” kata Prihasto, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, berbeda dengan komoditas lainnya, karakteristik bawang merah yang mudah rusak dan fluktuasi harganya berkontribusi terhadap inflasi, membuat pemerintah harus memberi perhatian serius.
Dia menambahkan, stabilitas harga bawang merah di Jakarta dapat dengan mudah dideteksi dari jumlah pasokan ke Pasar Induk. Apabila tiap hari mampu memasok minimal 40 truk maka diyakini harga akan turun dan stabil, sebaliknya bila pasokan kurang dari 25 truk, maka harga akan merangkak naik.
“Mengatasi hal tersebut, Kemtan, sejak 2015 secara sistemik mengembangkan bawang merah besar-besaran minimal 1.000 ha di wilayah sentra yang tersebar di Bima, Sumbawa, Tapin, Enrekang, Pesisir Selatan, Kampar, Nganjuk, Probolinggo dan lainnya,” kata Spudnik.
Kunjungan kerja di 3 Desa, Di Kecamatan Wedarijaksa diakhiri dengan mengunjungi lahan bawang merah di Desa Bangsalrejo, Kecamatan Wedarijaksa dan dilanjutkan dengan berdialog dengan petani setempat yang tergabung dalam Kelompok Tani Taruna Jaya. Di kesempatan Tim Media Patroli Nusantara mewawancarai salah satu Kelompok Tani yang Hadir, Mengatakan Saya Mewakili Petani Bawang merah se-Kecamatan dari terutama penghasil bawang merah meminta bapak dirjen.
Untuk tidak mengimpor, bawang merah, sebab dikarenakan harga anjlok dan pasokan bawang merah masih mencukupi usulan dari Kelompok Tani Asosiasi Bawang Merah Indonesia kepada bapak dirjen, dan bapak dirjen menjawab usulan tersebut Mengatakan dengan tegas, kami tidak akan mengimpor bawang merah.
(Karwito/Tim/Red).